Berikut adalah kisah Anak Yatim Piatu yang bernama Alvin. Kisah ini dimulai ketika seorang wanita muda yang sedang hamil tua, melahirkan di sebuah Rumah Sakit Bersalin di daerah Jawa Timur. Wanita itu datang seorang diri ke rumah sakit lalu melahirkan seorang anak laki-laki. Entah apa sebabnya selesai melahirkan, ibu muda itu melarikan diri dan meninggalkan anaknya. Tak lama kemudian terdengarlah tangisan bayi dari arah kamar bayi. Tangisan dari bayi yang ditinggalkan ibu muda tadi berhasil mencuri perhatian pasangan Oma dan Opa yang sedang berbincang dengan Kepala Rumah Sakit di ruangan yang tidak begitu jauh dari kamar bayi. Pasangan tua itupun meminta ijin kepala Rumah Sakit untuk melihat asal tangisan itu. Akhirnya diketahuilah sejarah bayi malang itu. Merasa iba, Oma dan Opa tersebut mengadopsi si bayi kecil dan memberi nama Alvin. Sejak hari itu Alvin tinggal bersama Oma dan Opa yang mengadopsinya.
Alvin tumbuh menjadi seorang anak laki-laki dengan warna kulit sawo matang, berambut ikal dan bermata sendu. Ternyata Alvin bukanlah satu-satunya anak yatim piatu yang tinggal bersama Oma dan Opa itu. Belakangan diketahui bahwa Oma dan Opa yang mengadopsinya, adalah seorang kaya yang dermawan, mereka berdua mengadopsi beberapa anak Yatim Piatu mengajak mereka tinggal bersama di rumahnya yang cukup besar dan luas, merawat, membesarkan dan menyekolahkan mereka. Tidak saja anak yatim piatu mereka juga menjadi orang tua asuh bagi beberapa anak yang berasal dari keluarga yang kurang mampu.
Saat Alvin berusia 1 tahun, datanglah pasangan muda menemui Oma dan Opa ini. Mereka hendak mengadosi seorang anak sebagai pelengkap rumah tangga mereka. Dan satu-satu anak Yatim Piatu yang tersisa hanyalah Alvin, sebab yang lain sudah diadopsi orang lain dan sebagian kembali kepada orang tuanya setelah menyelesaikan sekolah. Hal tersebut dikarenakan Oma dan Opa yang semakin lanjut usia dan merasa tidak sanggup lagi merawat anak-anak. Singkat cerita Alvin diadopsi oleh pasangan muda tersebut. Sejak kepergian Alvin, Oma dan Opa hanya tinggal berdua saja. Merasa kesepian akhirnya mereka memutuskan untuk hidjrah ke Bali tinggal bersama anak, menantu dan cucu.
Empat tahun kemudian, pasangan muda tadi mencari Oma dan Opa yang kini berada di Bali. Mereka datang bersama Alvin yang sudah berusia 5 tahun. Adapun tujuan mereka adalah untuk mengembalikan Alvin sebab saat itu bisnis mereka sedang terancam bangkrut akibat krisis ekonomi yang sedang melanda dunia termasuk Indonesia kala itu. Mereka khawatir tidak dapat membiayai semua kebutuhan Alvin terlebih Alvin sudah harus mulai bersekolah. Tak punya pilihan lain Oma dan Opa itupun menerima dan mengajak Alvin tinggal bersama mereka di Bali.
Pada tahun pertama keberadaan Alvin bersama Oma dan Opa disambut baik oleh seluruh anggota keluarga. Merasa kondisi tubuhnya yang sudah mulai melemah, Oma pun berpesan kepada anak perempuannya untuk melanjutkan apa yang sudah dia lakukan selama ini yaitu mengadopsi dan menjadi orang tua asuh bagi anak-anak yang hidupnya kurang beruntung. Selain itu Oma juga menitipkan si kecil Alvin agar tetap bisa terus sekolah sampai dewasa nantinya. Tak ingin mengecewakan, Sang Anakpun segera mengadopsi Alvin dan seorang anak lagi untuk dijadikan anak angkat dan mengangkat beberapa anak asuh sekalipun sudah memiliki dua orang anak kandung. Anak kandung pertamanya seorang wanita sudah menikah dan menetap bersama suaminya di Amerika Serikat. Sedangkan Anak kandung keduanya, laki-laki baru saja menikah dan dikaruniai seorang cucu laki-laki. Tak lama setelah berpesan demikian Oma menutup usia dan berselang beberapa tahun kemudian Opa pun menyusul.
Waktu kepergian Oma dan Opa, Alvin masih tergolong anak kecil yang belum bisa mengerti apa-apa. Dia hanya tau sekarang Ayah dan Ibunya adalah menantu dan putri dari Oma dan Opa yang sudah meninggal itu.
Tiga bulan setelah kepergian Opa terjadi perubahan besar dalam kehidupan keluarga baru Alvin. Ibu dan Ayah yang dulu semasa Oma dan Opa hidup dikenal sangat baik dan memperlakukan anak-anak Asuh yang tinggal disana dengan penuh kasih sayang kini berubah. Semua anak-anak diperlakukan tidak lebih dari seorang pembantu. Mereka bahkan tidak segan-segan melemparkan kata-kata makian dan juga bogem mentah kepada anak-anak disana jika mereka melakukan kesalahan sekalipun kesalahan sepele. Alvin yang juga termasuk didalamnya menjadi shock atas perubahan besar itu.
Tahun berganti tahun, Alvin kecil tumbuh menjadi seorang remaja. Peristiwa-peristiwa berat yang dialaminya sejak kecil bahkan mungkin sejak dalam kandungan membuat Alvin menjadi seorang remaja dengan pribadi yang tidak utuh. Dia menjadi remaja yang keras dan suka melawan. Sikap Alvin yang seperti ini menjadikannya sebagai satu-satunya anak yang paling sering dijadikan bulan-bulanan dari kenakalan anak-anak dalam rumah itu. Bahkan tidak jarang Alvin juga dijadikan sasaran pelampiasan kemarahan Sang Majikan yaitu Ayah dan Anak laki-lakinya. Cacian, pukulan, tendangan menjadi santapan Alvin sehari-hari. Memar, lebam, benjol, mata bengkak sudah biasa buat Alvin.
Kehidupan keras tersirat jelas dalam raut wajah Alvin. Mata yang penuh kebencian dan sorot mata yang kosong membuat Alvin dijauhi teman-teman sebayanya. Tinggallah game online yang menjadi satu-satunya teman bagi Alvin. Tidak berteman sekalipun tinggal dalam lingkungan yang selalu ramai dengan orang membuat Alvin sering berhayal. Hayalan Alvin membuatnya terkenal sebagai remaja pembohong baik dalam lingkungan rumah maupun lingkungan sekolah. Meski demikian prestasi Alvin di sekolah masih tergolong baik bahkan dia memperoleh nilai baik dalam bahasa Inggris.
Saat ini Alvin duduk di bangku SMA kelas tiga. Meski tetap keras namun kini Alvin mulai berfikir tentang masa depanya. Alvin berencana setelah tamat sekolah untuk keluar dari rumah itu dan mencari kerja serta menjalani kehidupan yang mandiri. Keinginan tersebut pun disampaikanya kepada Anak laki-laki yang saat ini berkuasa di rumah itu. Keinginan Alvin disambut baik dan Anak tersebut menambahkan bahwa saat Alvin pergi saat itu juga dia akan dikeluarkan dari KK keluarga tersebut. Alvin juga tidak akan dibantu dalam pembuatan KTP. Tidak mengerti pentingnya KK dan KTP, Alvin pun tidak terlalu mempedulikannya.
Bagaimanakah kisah Alvin selanjutnya? Jadikah Alvin malaksanakan niatnya? berhasilkah Alvin menyelesaikan sekolahnya?
To be continue.....
0 comments:
Post a Comment